Mematangkan Pupuk Kandang
Cara paling mudah dan efisien untuk menambah kandungan unsur hara pada media tanam, sekaligus untuk memperbaiki struktur media tanam adalah dengan menambah pupuk kandang. Namun, pemilihan pupuk kandang yang tidak benar malah bisa menjadi bumerang bagi tanaman hias yang kita miliki.
Kebanyakan pupuk kandang yang belum disterilkan masih mengandung hama dan penyakit yang bisa merugikan tanaman hias. Selain itu, pupuk kandang yang masih baru (belum matang) bisa mengakibatkan perakaran tanamn rusak. Salah satu kotoran ternak yang paling berbahaya untuk tanaman hias jika digunakan dalam keadaan belum matang atau belum jadi adalah kotoran ayam. Pasalnya, kotoran ayam yang masih baru banyak mengandung gas amonia dan suhunya relatif panas.
Berikut ini beberapa ciri pupuk kandang yang sudah jadi dan matang.
- Tidak mengeluarkan bau khas kotoran ternak.
- Warnanya sudah berubah, tidak seperti warna kotoran asli. Untuk pupuk kandang asal kotoran sapi biasanya warnanya hitam atau kecokelatan menyerupai tanah.
- Sudah kering. Kotoran ternak yang masih basah biasanya masih bercampur dengan air seni ternak dan belum layak digunakan.
- Suhu normal seperti suhu di sekitarnya. Pupuk kandang yang mash panas berarti masih dalam proses pengomposan.
Jika mendapatkan pupuk kandang yang belum jadi dan belum layak digunakan, kita memprosesnya terlebih dahulu agar tidak merusak tanaman hias. Cara paling mudah yang bisa dilakukan adalah menyimpan pupuk kandang di bwah naungan sampai proses pembusukan oleh bakteri selesai. Selama proses penyimpanan, sekali-kali pupuk kandang dibalik. Biasanya proses ini memakan waktu antara 2-4 minggu. Cara lainnya adalah dikomposkan dengan menggunakan starter bakteri pengurai seperti Stardec dan EM4. Atau bisa membuat sendiri atau biasanya dikenal dengan nama MOL (Mikroorganisme Lokal).
Sumber : Bernardius, T dan W. Wiryanta. 2007. Media Tanam untuk Tanaman Hias. AgroMedia Pustaka. Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar